Tokyo Marathon 2025 yang diikuti sebanyak 37.785 orang telah berlangsung Minggu, 2 Maret 2025 lalu. Bagi pelari Indonesia ada yang unik dalam perhelatan maraton terbesar di Benua Asia itu. Mereka yang hadir bukan saja melulu pelari yang menjadi peserta, akan tetapi juga semakin terlihat banyak pelari sengaja berdatangan ke Tokyo untuk menjadi tim cheering atau tim hore teman-teman atau kerabatnya yang ikut berlari di Tokyo Marathon. Tokyo Marathon selalu membuat penasaran para pelari Indonesia. Dia seperti menjadi magnet dan menjadi bucket list para pelari Indonesia.
Tidak heran jika kemudian para pelari Indonesia tidak pernah menyerah untuk terus mencoba mengikuti ballot Tokyo Marathon walaupun gagal berkali-kali. Bagi mereka yang berdompet tebal mungkin bukan masalah karena mereka bisa mendaftar melalui jalur amal (charity) atau via agen perjalanan (sport tour). Akan tetapi bagi kebanyakan pelari Indonesia, kegagalan lolos ballot justru membuat rasa penasaran semakin menjadi-jadi. “Saya lolos setelah sembilan kali ikutan ballot,” kata Taca Pepi seorang pelari Indonesia yang tahun ini menjadi peserta Tokyo Marathon 2025. Pelari lainnya, ada yang sudah mencoba lima atau enam kali, namun tak kunjung lolos.
“Tokyo Marathon memang paling ideal untuk pelari bagi pelari Indonesia. Lokasi lomba relatif tidak jauh dari negeri kita sehingga tidak ada jetlag. Makanan juga cocok dengan lidah kita. Rute flat, suhu juga bagus. Tokyo sangatlah ideal dan tidak salah untuk maraton. Recommended!” kata coach Andri Yanto. Andri datang bersama sejumlah pelari Indonesia dengan bendera Asics Indonesia. Mereka tiba di negeri asal brand sepatu terkenal itu dengan membawa sejumlah pelarinya dengan target mencatatkan waktu terbaik masing-masing.
Hanya sekitar 10-11 persen (30 ribuan pelari) saja dari sejumlah 300.000-an orang pendaftar ballot yang menjadi peserta Tokyo Marathon. Kemungkinan untuk mendapatkan slot berlari hanya sekitar 10-11 persen saja. Tahun ini peserta maraton tahun ini tercatat sekitar 37.785 orang pelari yang berdatangan dari seluruh dunia. Rasa penasaran dan vibes Tokyo Marathon rupanya mengundang para pelari yang tidak lolos undian untuk tetap datang ke Tokyo. Selama ini Negeri Sakura itu memang selalu menyenangkan sebagai negeri tujuan wisata. “Saya sengaja datang ke Tokyo. Seru banget suasana maraton di Tokyo,” kata Adi, yang telah menjadi peserta Tokyo Marathon sebelumnya. Begitu pula dengan Anggy Puspasari yang bersama lima-enam temannya sengaja datang ke Tokyo untuk menyemangati salah seorang temannya yang lolos ballot Tokyo Marathon. Mereka tiba sejak empat hari sebelum hari lomba, sehingga kecuali menjadi peserta Tokyo Marathon, mereka menikmati vibes atau suasana Tokyo Marathon mulai dari mengunjungi pameran (expo) Tokyo Marathon, berlari di Taman Yoyogi atau menikmati tempat-tempat wisata di Tokyo maupun kota lainnya di Jepang.
Bagi saya, Tokyo Marathon memang selalu menyenangkan. Suasana Tokyo sebagai kota yang merupakan perpaduan antara tradisi kuno Jepang yang kokoh dipertahankan dengan megapolitan yang modern membuat kota itu tidak pernah habis untuk dieksplorasi. Sebuah keberuntungan bagi seorang pelari menjadi peserta Tokyo Marathon karena dia bisa menjejaki kota Tokyo sejauh 42,195 kilometer. Rutenya dibuat sedemikan rupa menyusuri kawasan historis maupun ikon-ikon kota Tokyo yang terkenal mulai dari start di depan Gedung Pemerintah KotaTokyo Metropolitan menyusuri kawasan Shinjuku, Nihonbashi, Asakusa, Ginza, and Shinagawa, dan berakhir di sekitar Stasiun Tokyo dengan bangunan Gedung Marunouchi rancangan Kingo Tatsuno (1854—1919) yang dikenal sebagai bapak arsitektur Jepang modern. Sibuya Crossing yang terkenal itu pun tak luput menjadi salah satu rute yang dilalui peserta Tokyo Marathon.
Bukan saja rute yang benar-benar steril, aman dan nyaman. Namun selama lomba maraton berlangsung jalanan ekslusif hanya diperuntukan bagi peserta Tokyo Marathon. Tidak ada kendaraan lewat maupun melintas selama maraton berlangsung. Bukan itu saja, sepanjang rute lomba yang dibarikade juga dipenuhi oleh warga kota maupun para tim hore yang memberi semangat kepada para peserta. Di sejumlah titik tampak juga berbagai atraksi kesenian, grup menyanyi, band, berbagai tabuhan, hingga marching band. Sejumlah warga juga menawarkan makanan atau minuman kepada peserta. Warga lainnya dengan suka rela menyediakan semprotan obat bagi pelari yang kram atau membutuhkan. Poster-poster penyemangat bertebaran diacungkan warga. Teriakan-teriakan penyemangat juga diserukan. “Ganbatteeee !!”
Sangat Direkomendasikan
Bagi pelari Indonesia, Tokyo Marathon memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan maraton utama dunia (World Marathon Majors, WMM) lainnya. Saya yang sudah berlari WMM di Berlin, Chicago, London merasa Tokyo Marathon adalah lomba yang memiliki keunikan tersendiri. Berikut beberapa faktor berdasarkan pengalaman dan pendapat sejumlah pelari mengapa Tokyo Marathon direkomendasikan bagi para pelari Indonesia:
-Tidak Ada Jetlag: Jarak Tokyo, Jepang yang hanya sejauh erjarak 5,778 km (dari Jakarta) bisa ditempuh selama 7 jam 21 menit dengan pesawat relatif dekat. Berbeda dengan lari di London atau Berlin di Benua Eropa atau New York, Chicago atau Boston di Benua Amerika yang bahkan bisa membutuhkan waktu 12 jam lebih penerbangan yang sangat melelahkan. Pelari Indonesia tidak akan mengalami jet lag yang bisa menyebabkan kelelahan dan mengganggu performa pelari, gangguan pencernaan hingga mood. Perbedaan waktu dua jaman antara Jakarta dan Tokyo tidaklah terasa, berbeda dengan perbedaan waktu hingga 12 jaman dengan lari di Benua Amerika.
-Rute Flat: Dengan elevation gain (EG) hanya 60 meter, lintasan Tokyo Marathon relatif flat dibandingkan WMM lainnya seperti Berlin Marathon (EG 73 meter), Chicago (74 meter) atau New York (246 meter), London (127 meter), apalagi Sydney Marathon yang baru bergabung WMM dengan EG (317 meter). Lintasan Tokyo Marathon sangat nyaman dilarikan. Sejumlah rekor dunia maupun catatan waktu terbaik (personal best, PB) dipecahkan di Tokyo Marathon. Pemegang rekor dunia Eliud Kipchoge dan Brigid Kosgei membukukan catatan maraton tercepat sepanjang masa di Tokyo Marathon, masing-masing dengan waktu 2:02:40 dan 2:16:02.
-Suhu Sejuk Ideal: Tokyo Marathon berlangsung awal Maret setiap tahun penyelenggaraanya yang merupakan awal musim semi dan beranjaknya musim dingin. Suhu di Tokyo pada bulan itu relatif masih dingin dan sangat ideal untuk maraton, yakni antara 7oC hingga 15oC. Dengan suhu dingin dan tingkat kelembaban relatifrendah, Tokyo Marathon memenuhi kriteria menjadi salah satu maraton yang sangat direkomendasikan bagi pelari yang ingin mencapai performa terbaik.
-Makanan Cocok di Lidah Indonesia: Sebagai “saudara tua” makanan Jepang sudah banyak dikenal para pelari Indonesia. Sejumlah menu sudah biasa mereka nikmati dan biasa sehingga relatif banyak jenis makanan cocok dengan lidah Indonesia. Bukan saja nasi dengan berbagai olahan yang tersedia, belasan jenis makanan khas Jepang biasa dikonsumsi pelari Indonesia mulai dari ramen, sushi, sashimi, tempura, yakiniku, tempura hingga Takoyaki atau mochi. Di mini market yang banyak tersebar (umumnya buka 24 jam) juga banyak dijual paket nasi ayam katsu atau karage yang biasa hingga berbentuk onigiri. Saat ini terlihat juga semakin banyak restoran atau tempat makanan yang menyajikan makanan halal.
-Menikmati Vibes Lari Tokyo: Rakyat Jepang, termasuk warga Tokyo, dikenal telah menjadikan lari sebagai gaya hidup. Para pelari dengan beragam usia banyak terlihat berlatih di sejumlah lintasan dan taman-taman terkenal yang ada di Tokyo seperti di Yoyogi Park, Imperial Palace, Koganei Park atau sepanjang sungai Meguro atau Arakawa. Para pelari maupun pendukungnya bisa menikmati rute-rute lari yang biasa digunakan warga Tokyo sekaligus shake out run jelang lomba. Di Taman Yoyogi yang merupakan taman terbesar dan terpopuler di Tokyo pada awal Maret, sudah tampak bunga sakura mekar di sejumlah pohon yang ada di taman seluass 54 hektar itu.
-Lomba Usai Lanjut Wisata: Dengan jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang mencapai 36, 8 juta kunjungan pada tahun 2024 mencerminkan Jepang adalah negeri yang menarik untuk menjadi tujuan wisata. Bahkan pada periode Januari-September 2024, tercatat 350.600 kunjungan wisatawan Indonesia ke Jepang, naik hingga 23,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Seusai berlomba, para pelari yang datang ke Tokyo Marathon beserta teman-teman atau keluarga pendukungnya bisa melanjutkan perjalanannya dengan mengunjungi tempat-tempat wisata hingga wisata belanja. Bukan hanya di Tokyo, mereka juga bisa mengunjungi berbagai kota wisata Jepang yang mudah dijangkau dengan angkutan umum yang sangat modern dan mudah.
Nah, siapa yang penasaran dan ingin lari di Tokyo Marathon !”
(Catatan Agus Hermawan, IG @abah_ush, marathoner, penulis buku “Enggak Lari Enggak Keren”, Penerbit Buku Kompas)